Sleman, JOGJA TV| Festival Minum Kopi mungkin sudah biasa tapi yang satu ini berbeda. Kali ini di Yogyakarta akan hadir event baru yakni festival Minum Jamu. Festival minum jamu dengan tema “Mbok Jamu Jaman Now” akan digelar sabtu 17 Februari 2018, mulai pukul 14.00-17.00 WIB bertempat di Plaza Pasar Ngasem Yogyakarta. Dalam Festival minum jamu ini nantinya akan disediakan sekitar 15 jenis jamu yang jumlahnya mencapai 2500 gelas dan gratis untuk masyarakat yang datang ke event tersebut. Tidak hanya bisa minum jamu secara gratis namun masyarakat juga bisa menyaksikan penampilan artis ibukota, Mikha Tambayong yang merupakan brand ambassador jamu tolak linu dari PT. Sido Muncul. Selain itu, masyarakat juga bisa menyaksikan demo pembuatan jamu dan melakukan konsultasi kesehatan. Anggota gabungan perusahaan jamu di DIY yang akan ikut meramaikan event tersebut diantaranya Jamu Genggang, Lugu Murni, Lintang Suminar, Saptasari, Almanar dan lain-lain.
Festival Minum Jamu digelar dalam rangka menyambut berdirinya Keraton Yogyakarta yang ke-271. Festival ini diprakarsai oleh Dewan Pengurus Daerah Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (DPD PUTRI DIY) bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Dinas Pariwisata DIY, Gabungan Pengusaha Jamu, Paguyuban Jamu Gendong serta perusahaan jamu terkemuka PT. Sido Muncul sebagai sponsor utama dari acara tersebut. Demikian papar Sekjen DPD PUTRI DIY, Widihasto Wasana Putra.
Festival minum jamu merupakan festival unik yang baru kali pertama ini ada di Yogyakarta. Digelarnya festival ini adalah untuk mengangkat kembali potensi yang pernah dimiliki bangsa-bangsa di nusantara, kata Widihasto.
Indonesia memiliki kekayaan tanaman obat atau empon-empon yang jenisnya mencapai sekitar 13 ribu macam. Namun sayang, melimpahnya tanaman obat sebagai jamu belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjaga kesehatan. Masyarakat lebih suka menggunakan obat modern ala barat untuk mengobati berbagai penyakit. Padahal bahan baku obat modern 90% masih impor. Oleh karena itu, Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia mengharap adanya dukungan dari pemerintah untuk kampanye minum jamu dalam rangka kesehatan nasional. Apabila kebiasaan minum jamu sudah menjadi budaya di masyarakat maka industri jamu akan terangkat dan petani jamu juga akan jaya sehingga devisa negara tidak akan keluar. Hal ini karena bahan baku jamu sudah tersedia melimpah di Indonesia sehingga tidak perlu impor bahan. Demikian ungkap Ketua Gabungan Pengusaha Jamu DIY, Bambang Purnomo.
Terkait kurang populernya jamu di tanah air menurut Widihasto karena selama ini jamu sengaja “dibunuh” oleh politik farmasi. Industri farmasi tidak menginginkan adanya kompetitor dari mashab yang berbeda. Dalam hal ini jamu sebagai mashab seni pengobatan timur sedangkan farmasi berasal dari mashab ilmu kedokteran barat. Di sini jelas sekali ada kepentingan ekonomi dari industri farmasi. Oleh karena itu, jika Indonesia ingin maju maka harus ada politik jamu. Pemerintah harus berpihak pada para pengusaha jamu dan mendukung para petani yang membudidayakan tanaman obat sehingga jamu bisa menjadi devisa nasional.
Diselenggarakannya festival minum jamu sebenarnya bukan sekedar kegiatan seremonial belaka tetapi ada misi tersendiri di balik itu. Melalui event ini DPD PUTRI DIY bersama Gabungan Pengusaha Jamu DIY ingin mendorong pemerintah agar membuat kebijakan politik jamu sehingga nantinya jamu bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Pengusaha Jamu yang juga Wakil Ketua Gabungan Pengusaha Jamu DIY, Mukhlis Yudiantoro berharap bahwa suatu saat nanti jamu di Indonesia akan diakui dan diresepkan seperti halnya obat farmasi. “Kita betul-betul ingin seperti itu makanya kami sangat peduli dengan kesehatan,” kata Mukhlis.
Mukhlis Yudiantoro juga berharap kelak industri jamu di Indonesia bisa mengekspor jamu dalam bentuk kemasan ke luar negeri. Hal ini karena selama ini yang terjadi adalah ekspor bahan baku jamu ke luar negeri sehingga dampaknya justru membuat harga bahan baku jamu di dalam negeri menjadi naik.
Kekayaan tanaman obat yang ada di Indonesia sangat berpotensi untuk meningkatkan kesehatan nasional. Untuk itu, pemerintah perlu mendukung keberadaan jamu di Indonesia sebagai produk budaya yang telah lama ada di nusantara. Untuk mengenalkan jamu ke masyarakat perlu dilakukan sejak dini yakni dengan cara memberikan edukasi tentang jamu kepada murid-murid SD sehingga ketika dewasa kelak mereka akan terbiasa menggunakan jamu untuk menjaga kesehatan.
Festival Minum Jamu diharapkan akan menjadi calender event tahunan di DIY. Widihasto berharap nantinya lokasi penyelenggaraan bisa berpindah-pindah dari satu destinasi wisata ke destinasi wisata lainnya di DIY. Dengan demikian, brand image jamu di tanah air dapat terangkat dan juga tempat wisata yang ada di DIY juga ikut terangkat. (Rum) Sumber: Teras Jogja, sabtu 10/02/2018)