Bantul, JOGJA TV| Berbicara masalah batik kebanyakan orang akan berpikir tentang selembar kain yang berhiaskan motif-motif batik. Padahal sesungguhnya batik tidak hanya terbatas berupa lembaran kain saja tetapi batik juga bisa berupa barang kerajinan dari kayu. Bahkan hasil kreasi batik pada media kayu terlihat artistik dan bisa dijadikan sebagai souvenir yang menarik. Untuk mengenal lebih jauh tentang batik pada media kayu para siswa SD Joanes Bosco Yogyakarta melakukan program outing class di Desa Wisata Krebet, Pajangan Bantul. Di desa wisata tersebut para siswa kelas III dikenalkan tentang tahapan-tahapan membatik dengan menggunakan media kayu.
Batik luwes diaplikasikan pada media apapun tak terkecuali media kayu. Proses membatik pada media kain dan media kayu tidak jauh berbeda. Keduanya sama-sama melalui proses pencantingan, pewarnaan dan pelorodan warna. Media kayu yang akan dibatik sebelumnya digambari motif terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan proses pencantingan dengan menggunakan malam. Kayu yang telah dicanting kemudian direndam ke dalam larutan zat pewarna. Berikutnya dilakukan proses pelorodan atau menghilangkan malam yang menempel pada kayu. Tahap terakhir adalah menjemur kayu yang telah dibatik.
Seni kerajinan batik kayu dapat dijumpai di Desa Wisata Krebet, Sendangsari, Pajangan, Bantul. Di desa wisata tersebut terdapat beberapa rumah produksi yang membuat kerajinan batik kayu dalam bentuk gantungan kunci, topeng, kotak pensil, cermin dan aksesoris lainnya. Salah satu rumah produksi batik kayu di Desa Wisata Krebet adalah Sanggar Batik Kayu Peni. Sanggar Batik Kayu Peni menyediakan beragam kerajinan batik kayu. Tak hanya itu, Sanggar Peni juga melayani siapapun yang ingin belajar membatik pada media kayu. Seperti halnya yang dilakukan oleh para siswa Sekolah Dasar Joannes Bosco Yogyakarta saat melakukan kegiatan outing class.
Dalam program outing class tersebut, 68 siswa kelas III SD Joannes Bosco Yogyakarta berkesempatan belajar membatik pada media kayu di Sanggar Batik Kayu Peni. Dengan didampingi oleh para guru kedatangan para siswa disambut oleh pemilik sanggar, Kemiskidi.
Menurut Guru Pendamping, Elizabeth Kili, S.Pd kegiatan outing class belajar membatik pada kayu bertujuan untuk mengenalkan anak-anak pada budaya lokal berupa karya seni batik. Jika selama ini anak-anak hanya mengenal batik pada media kain maka melalui program tersebut anak-anak menjadi tahu bahwa ternyata batik juga bisa diaplikasikan pada media kayu.
Saat belajar membatik pada kayu para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 – 6 anak. Semua peralatan untuk membatik seperti kompor, wajan, canting, kotak pensil dan malam sudah disiapkan oleh pihak panitia. Para siswa pun kemudian duduk berkelompok mengelilingi wajan berisi malam panas. Dengan seksama mereka mengikuti instruksi dari para pelatih batik. Anak-anak tampak antusias saat menorehkan canting berisi malam ke atas media kayu yang telah digambari motif. Tangan-tangan mungil mereka berusaha menorehkan canting sesuai motif yang ada.
Setelah proses pencantingan selesai para siswa mengikuti tahapan proses selanjutnya yakni mewarnai kayu kotak pensil yang telah dicanting. Kotak pensil tersebut dimasukkan ke dalam ember yang telah diberi zat pewarna. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses pelorodan dengan cara dimasukkan ke dalam air mendidih untuk menghilangkan malam yang menempel pada kayu. Setelah diangkat dari rendaman air mendidih kotak kayu tersebut dicuci bersih. Tahap terakhir adalah pengeringan. Kotak kayu yang telah dicuci bersih kemudian dijemur di bawah sinar matahari.
Melihat hasil karyanya telah jadi para siswa tampak senang. Setiap kotak pensil bermotif batik tersebut diberi nama masing-masing siswa. Melalui kegiatan belajar membatik pada media kayu para siswa akan lebih mengenal budaya warisan nenek moyang. Kegiatan ini juga sebagai wujud konkret upaya regenerasi batik sejak dini. (Rum) sumber: Amazing Batik, kamis 01/02/’18)