Omah Lawas Jalankan Misi Kemanusiaan & Lestarikan Makanan Tradisional

Admin | Rabu, 08 Agustus 2018 13:17

Sleman, JOGJA TV| Berbisnis dengan hati mungkin tidak banyak orang yang melakukannya di jaman sekarang. Untung rugi biasanya menjadi tolok ukur utama seseorang jika akan menjalankan bisnis. Tetapi tidak demikian dengan Ibu Marhadi yang membuka bisnis kuliner dengan harga murah dan hasilnya digunakan untuk membantu anak-anak yang diasuhnya. Bisnis kuliner yang dijalankan oleh ibu Marhadi adalah dengan membuka warung makan OMah Lawas di Jalan Cempaka No 1 Deresan Yogyakarta. Omah Lawas yang berdiri di lahan seluas 4500 hektar ini menyediakan makanan tradisional Indonesia khususnya masakan Jawa. Sajian masakan tradisional ini merupakan komitmen dari ibu Marhadi yang bertekat melestarikan makanan tradisional agar dicintai oleh anak-anak muda.

“Urip iku kudu urub” yang artinya hidup harus bermanfaat bagi orang lain. Itulah pepatah Jawa yang selalu dipegang oleh ibu Marhadi dalam menjalani kehidupan, termasuk ketika menjalankan bisnis. Bisnis tidak harus berorientasi pada profit karena keuntungan tidak harus berupa materi tetapi keuntungan bisa berwujud rasa bahagia dan ini lebih bermakna daripada materi. Bahagia ketika bisa membantu orang lain yang membutuhkan sebenarnya itu sudah merupakan keuntungan. Inilah prinsip yang dipegang oleh ibu Marhadi.

Di rumahnya yang berlokasi di Jalan Cempaka No 1 Deresan Yogyakarta Ibu Marhadi melakukan kegiatan kemanusiaan. Rumah itu ia gunakan untuk menampung anak-anak muda yang sedang menempuh pendidikan di Yogyakarta. Rumah yang terdiri dari 40 kamar kos dan 6 kamar pelayanan ini bisa dimanfaatkan secara gratis bagi siapapun yang membutuhkan. Misalnya ada orang dari luar Jogja kesulitan mencari kos atau kontrakan di Jogja maka ia bisa singgah di Omah Lawas milik ibu Marhadi secara gratis.

Martha Clautilda Mindipko adalah salah satu anak asuh Ibu Marhadi yang saat ini tinggal di Omah Lawas dan menjadi juru masak di tempat tersebut. Martha menceritakan pengalamannya ketika pertama kali bertemu Ibu Marhadi. Saat itu, Martha dan Ibu Marhadi bertemu di shelter Transjogja. Dengan hati yang tulus Ibu Marhadi mengajak Martha untuk main ke rumahnya. ” Aku takut kok ada orang asing ngajak main ke rumah takutnya ada apa-apa,” kata Martha. Namun keraguan itu hilang setelah Martha bersama temannya datang ke Omah Lawas dan disambut baik oleh Ibu Marhadi. Semenjak pertemuan 6 bulan lalu itu Martha kini tinggal di Omah Lawas menjadi anak asuh ibu Marhadi. “Saya berterima kasih ketemu ibu, ibu mengajarkan kejujuran,” kata Martha.

Ibu Marhadi mengatakan siapa pun boleh tinggal di Omah Lawas. “Kriteria kami bukan pandai atau IPK nya tinggi tapi layak dibantu dan orangtuanya mau dibantu,” jelas Ibu Marhadi.

Omah Lawas tidak hanya menampung anak-anak usia sekolah atau kuliah tetapi masyarakat umum pun boleh tinggal di Omah Lawas. Seperti Ibu Budiarti contohnya. Ibu Budiarti yang kini memegang Bagian Umum di Omah Lawas menceritakan awal kali pertemuannya dengan Ibu Marhadi terjadi tahun 2008 silam. Saat itu, dirinya sedang mengalami kesulitan ekonomi dan tidak mempunyai pekerjaan. Kemudian dirinya diajak oleh Ibu Marhadi untuk bergabung di Omah Lawas dan hingga kini ia tinggal di sana.

Kegiatan kemanusiaan yang dilakukan Ibu Marhadi semata-mata ingin membantu orang lain yang membutuhkan, tanpa dilandasi pamrih apapun. Ibu Marhadi tidak pernah berambisi mengejar keuntungan tetapi sebaliknya apapun yang ia lakukan harus bermanfaat bagi orang lain. “Jangan hanya beruntung dalam hidup kamu tidak akan bahagia,” katanya

Di jaman yang serba materialistis ini sepertinya sulit menjumpai sosok tulus yang mau melakukan kebaikan seperti Ibu Marhadi. Ibu Marhadi percaya materi yang ia keluarkan untuk membantu orang lain tidak akan membuatnya miskin tetapi ia justru mendapat keuntungan rasa bahagia yang luar biasa. Ia percaya Tuhan telah mengatur rejeki semua umatnya sehingga tidak perlu khawatir soal kekurangan rejeki.

Omah Lawas terbuka bagi siapa saja yang kesulitan mencari tempat tinggal di Jogja. “Masyarakat boleh mampir boleh makan enggak bayar,” kata Ibu Marhadi. Tidak ada pengamanan khusus di Omah Lawas, semuanya terbuka mulai dari pintu pagar, pintu garasi, pintu rumah dan pintu lemari-lemari tidak ada yang dikunci. “Seandainya ada orang mencuri ya biarlah, dia perlu kok,” selorohnya. Meski tidak ada pengamanan khusus Omah Lawas tetap aman dan tidak pernah ada pencurian.

Selain menjalankan misi kemanusiaan Ibu Marhadi juga membuka bisnis kuliner di Omah Lawas. Kuliner yang tersedia di sini seluruhnya merupakan masakan tradisional, seperti gudeg, soto koneng, garang asem, oseng kikil dan lain-lain.

Gudeg ala Omah Lawas rasanya tidak begitu manis tetapi gurih dan cenderung agak asin. Gudeg ini tidak menggunakan santan sehingga tidak mengandung kolesterol namun rasanya tetap gurih karena banyak menggunakan kemiri. Cita rasa gudeg ala Omah Lawas berbeda dengan gudeg Jogja pada umumnya yang cenderung manis. Bagi orang yang tidak suka gudeg manis bisa mencoba mencicip gudeg Omah Lawas yang dimasak oleh juru masak Martha dari Papua ini.

Harga gudeg Omah Lawas sangat terjangkau. Untuk gudeg telur dan krecek dibanderol dengan harga Rp.10.000,- dan gudeg ayam dan krecek harganya Rp.12.000,-

Selain gudeg, Omah Lawas juga menyajikan menu soto koneng yang asalnya dari Bogor dan saat ini sudah hampir punah. Untuk isian soto koneng pengunjung bisa memilih sendiri sayuran yang dikehendaki.

Bagi masyarakat yang ingin mencicipi menu tradisional ala Omah Lawas bisa langsung datang ke warung Omah Lawas di Jalan Cempaka No.1 Deresan Yogyakarta. Jika ingin menggelar acara pertemuan atau reuni dalam jumlah banyak Omah Lawas juga bisa melayani tetapi harus pesan dulu dua hari sebelumnya. Warung Omah Lawas bisa menampung sekitar 100 orang.

Omah Lawas sengaja mengangkat makanan tradisional dengan tujuan untuk mengajak anak muda agar mencintai makanan tradisional dan tidak tergiur oleh makanan dari luar negeri yang sebenarnya banyak mengandung racun. “Saya ingin anak-anak muda semua menyadari pentingnya kebersihan, kesehatan karena banyak makanan yang datang dari luar itu semuanya tidak bergisi dan kadang tidak bermutu,” kata Ibu Marhadi.

Menikmati menu kuliner tradisional di Omah Lawas pengunjung akan merasakan nuansa yang berbeda. Tidak hanya ragam kulinernya yang penuh cita rasa namun ada misi sosial dibalik itu semua. Sebagian keuntungan dari bisnis kuliner itu digunakan untuk membantu melayani orang-orang yang membutuhkan bantuan. Urip kudu urub. (Rum) Sumber: Dialog Jogja Now, sabtu 04/08/2018.

 

Artikel Terkait