Yogyakarta, JOGJA TV| Batik merupakan produk tekstil warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Keindahan batik tak lekang oleh jaman. Sentuhan inovatif para desainer pun mampu menambah nilai estetika pada batik. Hasilnya batik tidak stagnan sebaga produk kuno tetapi batik menjadi lebih fashionable dan kekinian. Seperti yang terlihat pada pagelaran busana “Reflection of Art 3″ yang digelar di Hotel Inna Garuda Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Pagelaran busana “Reflection of Art 3 merupakan acara tahunan yang menampilkan karya-karya apik para mahasiswa D3 Batik dan Fashion Institut Seni Indonesia–ISI Yogyakarta. Para mahasiswa ini tergabung dalam komunitas La Mode Saraswati ISI Yogyakarta. Bertempat di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, Komunitas La Mode Saraswati ISI Yogyakarta menggelar acara Reflection of Art 3 bertema “Indonesian Culture and Heritage”.
Pagelaran busana batik tersebut merupakan tugas akhir dari mahasiswa D3 Batik dan Fashion ISI Yogyakarta. Selama di perkuliahan para mahasiswa mempelajari seluk beluk tentang budaya batik. Pagelaran busana ini merupakan hasil pencapaian yang diperoleh para mahasiswa selama di bangku kuliah.
Event fashion show diawali dengan penampilan busana muslim karya Dinar Mustiko Wati dan Sofi Sulistiana.
Dilanjutkan oleh Nida Fauziah dan Khimayatul Lutfiyah.
Penampilan berikutnya oleh Neda Ramadhani dan Lulu Huda Arifin.
Dalam karya ini para mahasiswa wajib mendesain, membatik, mewarnai hingga menjadi busana batik yang inovatif. Mahasiswa D3 Batik dan Fashion ISI Yogyakarta yang berkecimpung di dunia batik turut melestarikan warisan budaya Indonesia melalui karya-karya busana dengan menggunakan bahan utama batik tulis. Sebagaimana diketahui saat ini batik tulis mendapat ancaman dengan hadirnya tekstil bermotif batik atau batik printing. Teknologi printing ini mampu memproduksi batik dalam jumlah besar secara cepat. Tentu saja hal ini merendahkan nilai batik yang merupakan produk hand made yang mengutamakan nilai kesabaran dalam proses pembuatannya.
Para mahasiswa yang ambil bagian dalam event tersebut masing-masing menampilkan lima busana karya apik mereka. Para juri yang menilai karya para mahasiswa tersebut meliputi desainer Phillip Iswardono, Lia Mustafa, Amin Hendra Wijaya, Djandjang Purwo Sedjati dan Made Sukanadi.
Melalui ajang pagelaran busana ini para mahasiswa dapat berekspresi dan menunjukkan karya inovatifnya mereka dihadapan public. Disamping itu, peragaan busana batik juga menjadi bagian dari upaya pelestarian batik agar tidak tenggelam oleh hadirnya industri printing motif batik yang jelas-jelas bukan batik. (Rum) Sumber: Amazing Batik, kamis 02/08/2018).