Sleman, JOGJA TV| Kesenian tradisional kethoprak tobong pernah berjaya di era 70an-80an tetapi di era 90an kesenian ini mulai surut. Pada waktu masa kejayaannya dulu para pemain kethoprak tobong dipuja layaknya artis dan mereka menggelar pentas secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Menurut sutradara kethoprak tobong Nano Asmorodono biasanya rombongan kethoprak tobong menetap di satu tempat selama 3 bulan untuk menggelar pentas di situ. Saat ini kethoprak tobong sudah jarang dipentaskan bahkan sudah tidak ada lagi yang mengenal apa itu kethoprak tobong. Untuk mengenalkan kembali kethoprak tobong yang dulu pernah eksis di tahun 80an grup kethoprak tobong Suryo Bawana pimpinan Nano Asmorodono akan mementaskan kethoprak tobong di dua lokasi, yaitu di Sidoarum, Godean dan di Banjararum Kalibawang Kulonprogo.
Pementasan kethoprak tobong berjudul “Kesrimpet Asmoro” yang disutradarai oleh Nano Asmorodono tersebut akan melibatkan para pemain anggota dewan dari lintas fraksi. “Bapak-bapak dewan dari PDI, Golkar, PKS dan lain-lain pentas kethoprak karena punya program sosialisasi kepada masyarakat,” kata Nano Asmorodono.
Bagi masyarakat yang ingin bernostalgia menikmati seni tradisi yang dulu pernah populer dapat menyaksikan kethoprak tobong tersebut, kamis malam 26 Juli 2018 bertempat di Desa Sidoarum Godean Sleman. Berikutnya akan digelar lagi pada sabtu malam 28 Juli 2018 bertempat di Desa Banjararum, Kalibawang, Kulonprogo.
Seniman kethoprak, Bayu Saptana menyambut baik dengan digelarnya kethoprak tobong yang identik dengan properti tonil tersebut. Baginya kethoprak tobong menimbulkan kerinduan tersendiri. “Saya rindu kalau Mas Nano menggelar kethoprak tobong, saya daftar duluan karena saya rindu,” katanya.
Sebagai pemaian kethoprak Bayu Saptana mengaku harus terus belajar karena pemain kethoprak dituntut bisa berimprovisasi sehingga harus memiliki perbendaharaan kata yang banyak. Bahkan dirinya sering mencatat kosakata bahasa Jawa yang sudah jarang terdengar dalam komunikasi sehari-hari tetapi masih muncul dalam dialog kethoprak. Hal ini dilakukan untuk memperkaya perbendaharaan kata yang dimiliki.
Seiring perkembangan jaman eksistensi kethoprak tobong makin tergilas oleh kemajuan jaman. Pentas kethoprak tobong yang akan digelar pada tanggal 26 dan 28 juli itu merupakan wujud pelestarian terhadap seni tradisional kethoprak tobong. “Jangan malu mencintai seni tradisi karena tradisi itu bukan kuno, tradisi justru kekinian,” pungkas Nano Asmorodono. (Rum) Sumber: Jogja Now, sabtu 21/07/2018).