Gunungkidul, JOGJA TV| Sehabis panen raya warga masyarakat Gunungkidul rutin menyelenggarakan upacara adat bersih desa atau biasa disebut rasulan. Tradisi rasulan telah mengakar kuat dalam kehidupan warga Gunungkidul. Tak terkecuali warga Dusun Karangasem, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Warga menggelar rasulan sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rejeki yang diterima. Selain sebagai ungkapan rasa syukur tradisi bersih dusun ternyata juga menjadi sarana hiburan dan menjadi media yang efektif untuk meningkatkan kerukunan warga masyarakat.
Warga Dusun Karangasem, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul hingga kini masih melestarikan tradisi bersih dusun atau rasulan sebagai warisan dari nenek moyang mereka. Menurut Kepala Desa Mulo, Sugiyarto dalam melaksanakan tradisi rasulan dipilih hari senin pahing. Pelaksanaan hari sudah ditetapkan sejak jaman dahulu, kata Sugiyarto.
Rasulan dikemas dalam bentuk kirab budaya dengan menempuh jarak sekitar satu kilometer. Iring-iringan kirab memadati jalan pedusunan di Karangasem. Warga pun tampak antusias memadati pinggir jalan untuk menonton jalannya kirab yang menampilkan berbagai kreasi kesenian yang dimiliki warga Dusun Karangasem.
Jalannya kirab budaya menyedot perhatian warga. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa tampak menikmati aneka kesenian yang ditampilkan peserta kirab. Bahkan warga yang berada di perantauan juga menyempatkan diri pulang untuk ikut memeriahkan rasulan.
Potensi kesenian yang ditampilkan antaralain drum band yang ditampilkan oleh siswa siswi SMP 3 Wonosari. Selain itu juga ada iring-iringan bregodo lombok ijo yang ditampilkan oleh warga masyarakat Karangasem, kemudian iring-iringan kelompok tani, iring-iringan tokoh masyarakat dan perangkat desa, kesenian reog dan sebagainya.
Setelah melakukan kirab budaya warga kemudian berkumpul di Balai Dusun Karangasem untuk melakukan kenduri bersama. Kenduri merupakan inti dari rasulan. Dengan dipimpin oleh seorang kaum warga begitu khusyuk memanjatkan doa kepada sang pencipta agar mereka diberikan keselamatan, kesehatan serta kelimpahan rejeki yang barokah.
Untuk kenduri ini warga menyiapkan makanan berupa nasi tumpeng, nasi gurih, ingkung ayam dan jajan pasar. Menurut Kepala Desa Mulo, Sugiyarto kenduri sebagai simbol bentuk sodakoh warga kepada masyarakat lainnya.
Setelah kenduri acara berikutnya adalah rebutan gunungan hasil bumi. Rebutan gunungan menjadi moment yang selalu dinantikan oleh warga. Mereka bukan hanya sekedar ingin berebut gunungan tetapi ada makna ngalab berkah di dalamnya.
Dalam rasulan kali ini disajikan empat gunungan. Tiga gunungan merupakan gunungan hasil bumi dan sisanya merupakan gunungan walang. Warga sengaja menyajikan gunungan walang karena Dusun Karangasem merupakan penghasil walang. Warga setempat mengolah walang menjadi menu kuliner yang banyak digemari masyarakat.
Acara hiburan berupa kesenian reog juga dihadirkan untuk menghibur warga yang berkumpul di Balai Dusun Karangasem. Warga tampak bergembira menyaksikan kesenian tradisional tersebut.
Pertunjukan kesenian masih berlanjut hingga malam hari yakni dengan digelarnya pentas wayang kulit semalam suntuk. Pertunjukan wayang kulit tidak hanya menjadi tontonan tetapi juga menjadi tuntunan bagi warga.
Tradisi rasulan Desa Karangasem telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat setempat. Budaya ini tidak akan hilang ditelan jaman selagi masyarakat pendukungnya tetap menghidupkan tradisi tersebut. (Rum) Sumber : Adiluhung, selasa, 26/12/17)