Gunungkidul, JOGJA TV| Dusun Kedung I dan Kedung II, Desa Karangtengah, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul terkenal sebagai sentra industri alat-alat pertanian dan pertukangan. Hingga sekarang terdapat 65 titik perapen di dusun tersebut dari yang sebelumnya hanya berjumlah 3 perapen pada tahun 1963. Hal ini membuktikan bahwa profesi pande atau perajin alat pertanian terus mengalami regenerasi. Menurut sejarahnya kegiatan memproduksi alat-alat pertanian ini diwariskan oleh seorang pendatang dari daerah Bayat Klaten yang bernama Guno Karyo. Sebagai ucapan terimakasih kepada empu Guno Karyo dan para pendahulu yang telah mengembangkan profesi pande besi di Dusun Kedung, warga kemudian mengadakan selamatan pande bakul di Balai dusun Kedung. Kegiatan selamatan pande bakul rutin digelar setiap bulan Suro dalam penanggalan Jawa.
Awal mulanya Dusun Kedung, Desa Karang tengah, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu dusun tertinggal. Pada waktu itu geliat ekonomi di dusun tersebut jauh dari kata maju hingga akhirnya datanglah seorang empu pande besi bernama Guno karyo yang berasal dari wilayah Bayat Klaten. Empu Guno Karyo yang biasa dipanggil warga setempat empu Soguno mengajarkan tata cara membuat alat-alat pertanian kepada warga Dusun Kedung, Desa Karangtengah, Kecamatan Wonosari.
Warga pun bertekad untuk mengubah kondisi ekonominya agar lebih maju. Mereka lalu dengan tekun belajar membuat alat-alat pertanian seperti yang diajarkan oleh empu Guno Karyo. Awalnya hanya beberapa warga yang berminat belajar menjadi seorang pande besi namun seiring berjalannya waktu akhirnya banyak warga yang tertarik menjalani profesi tersebut. Meski bukan merupakan keturunan langsung dari seorang pande besi namun warga Dusun Kedung I dan Kedung II rata-rata memiliki ketrampilan membuat alat-alat pertanian. Hal itu karena mereka tekun belajar untuk menjadi empu pande besi seperti yang diajarkan oleh empu Guno Karyo.
Kegiatan membuat alat-alat pertanian di Dusun Kedung I dan Kedung II terus berkembang pesat. Saat ini terdapat 65 perapen untuk memproduksi alat pertanian. Untuk setiap perapen minimal dikerjakan oleh dua orang dan maksimal 10 orang. Para pemilik perapen yang merupakan pengusaha alat pertanian bersinergi baik dengan para perajin atau pande dan juga dengan para bakul atau pengepul. Mereka berupaya untuk terus melestarikan profesi pande di Dusun Kedung I dan Kedung II.
Pembuatan alat pertanian dan pertukangan dilakukan secara tradisional. Bahan yang digunakan adalah baja berkualitas baik dengan karbon yang tinggi dan keras sehingga mampu menghasilkan alat yang tajam, mengkilat, kuat dan anti karat. Untuk membuat satu alat pertanian pertama-tama baja dibakar. Setelah itu, baja tersebut ditempa oleh beberapa empu untuk menghasilkan bentuk yang diinginkan. Tahap berikutnya, baja yang telah ditempa kemudian disepuh dan terakhir diolesi minyak agar mengkilat dan tajam.
Kelompok pande besi Karya Manunggal yang ada di Dusun Kedung setiap harinya mampu memproduksi sekitar 70 item alat pertanian dan pertukangan. Produk alat pertanian kemudian disetorkan kepada pengepul untuk selanjutnya dipasarkan di Jawa dan luar Jawa.
Sebagai wujud upaya pelestarian pande besi, warga yang terdiri dari pengusaha, pengrajin, pengepul dan konsumen menyelenggarakan selamatan pande bakul yang dipusatkan di Balai Dusun Kedung. Dahulu selamatan atau syukuran ini dilakukan sendiri-sendiri di Dusun Kedung I dan Dusun Kedung II namun akhirnya kedua dusun sepakat untuk menggabungkan syukuran menjadi satu. Kalau jaman dulu dilakukan sendiri-sendiri tetapi sekarang dijadikan satu, kata Sukamto yang merupakan ketua kelompok Dwi Manunggal Kedung.
Selamatan pande bakul diadakan setahun sekali yakni pada bulan suro atau muharam. Bagi masyarakat Jawa bulan ini dianggap bulan baik untuk mengadakan ritual seperti halnya selamatan. Mereka yang terlibat menyelenggarakan selamatan adalah orang yang mempunyai perapen atau pengusaha, para empu dan para bakul atau penjual. Maka dikatakan selamatan pande bakul, kata Sukamto.
Dalam melaksanakan Selamatan pande bakul warga tidak membawa ubarampe karena ubarampe telah disiapkan oleh panita kelompok pande besi. Warga tidak membawa ubarampe apa-apa, (karena) sudah dirangkum oleh kelompok pande besi kepanitiaan, kata sesepuh dusun, Basuki. Kegiatan diawali dengan menyiramkan air bunga setaman di tempat pembuatan alat pertanian atau perapen.
Setelah menyiramkan air bunga setaman pada perapen acara berikutnya adalah kenduri bersama. Untuk kenduri disiapkan ubarampe berupa nasi gurih, ingkung ayam, aneka jenang, jajan pasar dan bunga setaman. Kenduri dilakukan di Balai Dusun Kedung dengan dipimpin oleh seorang kaum. Dalam kenduri ini warga memanjatkan doa agar senantiasa diberi keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Di samping itu, kenduri juga sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan rejeki yang diterima warga dari hasil penjualan alat pertanian yang mereka buat.
Usai kenduri bersama warga yang hadir kemudian dihibur dengan kesenian jathilan. Kesenian ini mampu menyedot perhatian warga. Mereka tampak berjubel memenuhi sekitar arena pentas.
Selain dihibur dengan kesenian jathilan warga juga dihibur dengan kesenian gerak dan lagu yang dilakukan oleh ibu-ibu Dusun Kedung. Ibu-ibu muda ini tampak gesit menggerakkan tubuhnya sesuai irama musik yang diputar. Penonton pun antusias menyaksikan kesenian ini.
Selamatan pande bakul patut untuk terus dilestarikan karena di dalamnya mengandung ajaran nilai untuk selalu mengenang jasa-jasa para pendahulu yang telah berperan memajukan desa setempat. Selamatan juga bermakna sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas apa yang telah diraih oleh warga selama setahun. Acara seperti ini juga bisa dijadikan media untuk lebih mengeratkan persatuan dan kesatuan warga Dusun Kedung. (Rum) Sumber: Adiluhung, selasa 12/12/17).