Sleman, JOGJA TV| Pengaruh globalisasi berdampak pada terkikisnya karakter kebangsaan pada generasi muda. Suguhan gadget yang sangat lekat di era global ini telah memunculkan sifat individualisme dan egosentris sehingga melunturkan karakter kebangsaan. Oleh karena itu, karakter kebangsaan perlu dimunculkan kembali melalui pendidikan seni budaya seperti yang dipelopori oleh Ki Hajar Dewantara melalui Tamansiswa sejak tahun 1922. Seni budaya perlu dimasukkan sebagai matapelajaran reguler atau intrakurikuler bukan hanya sekedar matapelajaran ekstrakurikuler.
Ketua Bidang Khusus Taman Kesenian Majelis Luhur Tamansiswa, Ki Priyo Dwiarso mengatakan seni budaya bisa membentuk karakter melalui kodrat keindahan anak meliputi keindahan lahiriyah (wiraga), keindahan batin (wirasa) dan keindahan gabungan dari wiraga dan wirasa yaitu wirama yang mampu menimbulkan irama hidup yang indah.
Ketiga kodrat keindahan itu disebut tripurusa dan jika dikaitkan dengan pendidikan sekarang adalah sejajar dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu, anak harus dididik secara lengkap agar tercapai cipta, rasa dan karsa sehingga memiliki karakter atau budi pekerti yang luhur.
Untuk menumbuhkan karakter anak salah satunya dengan mengangkat kembali tembang dolanan anak karena pada hakikatnya anak sangat menyukai dolanan. Dolanan bisa melatih aspek psikomotorik anak agar kelak dia bisa terampil. Oleh karena itu, dolanan anak tidak boleh dimatikan tetapi justru perlu dimasukkan ke dalam matapelajaran sebagai muatan lokal. Meski demikian anak perlu diarahkan dengan cara tut wuri handayani maksudnya anak dibebaskan berkreasi tetapi guru tetap memberi arahan dari belakang.
Pendidikan seni budaya yang di dalamnya mencakup dolanan anak hingga kini masih diajarkan di Tamansiswa. “Ini wajib diikuti,” kata Ketua Taman Kesenian Ibu Pawiyatan Tamansiswa, Yulianti Wiroto. Di situ anak-anak diajarkan bernyanyi sambil bergerak dan berinteraksi dengan sesama temannya. Cara ini bisa menimbulkan kesenangan tetapi tidak hanya kesenangan untuk diri sendiri tetapi kesenangan pada kelompoknya.
Dalam rangka mengedukasi masyarakat tentang pentingnya dolanan anak dalam membentuk karakter anak maka Taman Kesenian Ibu Pawiyatan Tamansiswa menyelenggarakan acara “Sehari Bermain Dolanan Anak” yang dilaksanakan, selasa (05/12/17) di Pendopo Tamansiswa. Acara tersebut melibatkan 16 sekokah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Masing-masing sekolah mengirimkan sekitar 20-30 anak untuk bermain dolanan anak seperti jamuran, jethungan dan lain-lain di event tersebut. Demikian ungkap Koordinator Panitia Pelaksana Sehari Bermain Dolanan Anak, Listyo Hari Krisnarjo.
Dolanan anak didalamnya mengandung nilai didaktis untuk mendidik anak agar memiliki karakter dan budi pekerti luhur. Di situ anak dapat mengenal lingkungan sekitar dengan baik sehingga anak akan peka dengan sosial. Ketika dolanan atau bermain anak dituntut untuk berkreasi baik kreasi di bidang seni suara, tari,lukis, drama dan sebagainya. Dengan bermain maka cipta, rasa dan karsa anak akan terbangun. Inilah alasan mengapa pendidikan seni budaya yang didalamnya ada dolanan anak wajib dimasukkan sebagai matapelajaran intrakurikuler bukan hanya sebagai ekstrakurikuler. (Rum) Sumber: Teras Jogja, senin 04/12/17)