Sleman, JOGJA TV| Museum Sonobudoyo memiliki koleksi benda budaya yang jumlahnya lebih dari 62.000 koleksi. Dari jumlah tersebut sekitar 500 koleksi akan dipamerkan dalam sebuah pameran temporer bertajuk “Pengilon: Kisah Perempuan dalam Silang Budaya”. Tim Kurator pameran sengaja memilih judul tersebut untuk menunjukkan tentang prakarsa perempuan. Sejak jaman kuno perempuan telah berperan memproduksi kebudayaan seperti tenun, batik, pertanian, kuliner dan sebagainya. Pameran “Pengilon” akan diselenggarakan mulai tanggal 05 – 15 Desember 2017 di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Demikian ungkap Kepala Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Drs. Diah Tetuko Suryandaru.
Kurator Pameran yang juga dosen FIB Prodi Sastra Jawa UGM, Dr. Sri Ratna Sakti Mulya, M.Hum mengatakan Pengilon: Kisah Perempuan dalam Silang Budaya terinspirasi dari naskah-naskah kuno koleksi Museum Sonobudoyo, Keraton dan Pura Pakualaman Yogyakarta. Manuskrip kuno yang berisi tentang piwulang atau ajaran untuk perempuan diantaranya adalah naskah Candrarini, piwulang estri, piwulang putri, suluk pawestri dan lain-lain.
Selain itu, juga terdapat naskah babad yang menceritakan tentang kisah percintaan antara Panembahan Senopati dan dua perempuan bernama Retno Putri Adisari dan Retno Dumilah. Retno Putri Adisari sama sekali tidak sakit hati ketika dimadu dengan wanita lain. Dia justru memberikan dukungan kepada suaminya untuk memiliki istri lagi yaitu Retno Dumilah. Retno Putri Adisari memiliki watak yang lembut, penuh kasih, memberikan ide tetapi tidak menekan. Sikap inilah yang menjadikan perempuan menjadi sosok yang dikagumi. Cerita ini tidak mengekspos soal percintaan saja tetapi justru menonjolkan bakti seorang perempuan kepada suaminya.
Kisah Retno Putri Adisari, Panembahan Senopati dan Retno Dumilah akan dipentaskan dalam pertunjukan teatrikal pada saat pembukaan pameran Pengilon tanggal 05 Desember 2017. Pentas tari teatrikal yang diambil dari cerita babad tersebut akan dikemas secara apik dengan visualisasi wayang. Meskipun menggunakan bahasa Jawa namun pentas tari tersebut tidak diiringi gamelan tetapi diiringi musik sehingga tampil kekinian.
Di samping pentas teatrikal Pameran Pengilon juga akan diisi dengan rangkaian acara lainnya, yaitu workshop dan kurator class. Dalam curator class pengunjung dapat berbincang-bincang dengan kurator untuk menggali ilmu tentang kebudayaan masa lampau.
Benda-benda hasil kebudayaan masa lampau yang akan dipamerkan dalam event tersebut ada sekitar 500 koleksi. Salah satu diantaranya adalah darpana yaitu cermin kuno yang terbuat dari perunggu yang dipoles sedemikian rupa dan tidak menggunakan lapisan kaca. Cermin kuno darpana ini berasal dari abad ke-8. Ungkap Kurator Pameran yang juga dosen Arsitektur UKDW, Dr. Ir. Geg Wuryanto.
Selain cermin kuno darpana pengunjung juga dapat menyaksikan hasil kebudayaan kuno berupa padupan ratus vagina. Produk budaya ini diperuntukkan bagi kaum wanita sebagai upaya untuk perawatan kesehatan pada masa abad ke-8 hingga abad ke-13. Hal ini membuktikan bahwa pemikiran manusia pada masa lampau ternyata juga sudah begitu maju.
Produk budaya masa lampau yang dipamerkan dalam pameran tersebut diharapkan mampu membangun narasi bagi pengunjung tentang perspekif perempuan. Perempuan pada masa lampau ternyata sudah mengalami pemikiran yang maju tidak hanya sekedar sebagai kanca wingking saja.
Masyarakat diharapkan datang menyaksikan pameran “Pengilon: Kisah Perempuan dalam Silang Budaya” yang akan dihelat pada 05-15 Desember 2017. Dengan menyaksikan pameran tersebut masyarakat akan mampu membangun kecerdasan yang baru tentang perspektif perempuan. (Rum) Sumber: Teras Jogja, Senin 27/11/17)