Sleman, JOGJA TV| Motif batik kontemporer terus berkembang mewarnai dunia batik nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa batik mampu beradaptasi dengan perkembangan jaman. Di satu sisi batik kontemporer didorong untuk bisa berkembang tetapi perlu diingat bahwa batik klasik juga harus tetap dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Goresan motif batik klasik tidak hanya mengandung nilai estetika namun di balik keindahan yang kasat mata itu ternyata mengandung nilai filosofi yang luhur. Nilai filosofi inilah yang menarik perhatian dunia sehingga Yogyakarta dinobatkan sebagai Kota Batik Dunia oleh World Craft Council di Dongyang , Provinsi Zhejiang, Cina pada 2014. Berikut motif-motif klasik koleksi Keraton Yogyakarta yang ditampilkan dalam Festival Jogja Kota Batik Dunia beberapa waktu lalu.
Batik Motif Kawung
Kawung merupakan motif batik kuno yang tersusun dari motif bulat panjang atau elips, disusun menurut garis diagonal miring ke kiri dan ke kanan berselang seling. Motif kawung bermakna kiblat papat lima pancer yang artinya empat penjuru mata angin dengan satu pusat sebagai simbol Tuhan Yang Maha Esa. Kain batik motif kawung biasanya digunakan sebagai lurub atau penutup jenasah. Hal ini memiliki makna agar seseorang yang meninggal dunia dapat kembali ke alam kelanggengan dengan lancar. Kawung dimaksudkan sebagai “bali nang alam suwung” artinya kembali ke alam suwung, kosong, hampa yaitu alam baka.
Batik Motif Parang Pamor Seling Gendreh
Motif ini melambangkan keperkasaan dan kewibawaan seorang raja. Parang gendreh merupakan motif parang rusak dengan ukuran 5 – 7 centi meter dan kemiringan 45 derajat. Motif ini menyimbolkan kekuatan dan gerak cepat para ksatria.
Batik Motif Semen Sinom
Motif semen dilengkapi dengan ragam hias yang menggambarkan sinom yaitu rambut halus yang ada di dahi. Sinom dapat dimaknai sebagai si enom yaitu anak muda yang sedang tumbuh menjadi dewasa dan senantiasa ceria gembira.
Batik Motif Ceplok Ratu Ratih
Dalam kisah pewayangan Dewi Ratih yang merupakan istri Bathara Kamajaya disimbolkan sebagai seorang dewi yang cantik jelita dan memiliki keabadian cinta. Sosok Dewi Ratih dengan keanggunan dan keabadian cintanya kemudian dituangkan menjadi selembar motif batik bernama Ceplok Ratu Ratih. Wanita yang mengenakan motif Ceplok Ratu Ratih diharapkan akan memiliki kesetiaan yang tinggi dan mampu memelihara cintanya sebagaimana Dewi Ratih.
Batik Motif Parang Kemitir
Motif Parang Kemitir menggambarkan bahwa hidup ini terus bergerak seperti berputar atau dalam bahasa Jawa disebut cakra manggilingan yang artinya kadang di atas kadang di bawah. Hidup bersifat dinamis oleh karena itu manusia diharapkan siap menghadapi dan menyikapinya dengan bijak.
Batik Motif Semen Ageng
Motif ini tersusun dari gambar pohon hayat, meru sawah, meru sawat, burung, garuda dan tumbuhan. Ornamen pohon hayat melambangkan pohon kehidupan, kemakmuran dan pelindung kosmis. Pohon hayat merupakan simbol keadilan dan kekuasaan. Ornamen tumbuhan adalah simbol kesuburan. Ornamen burung merupakan simbol angin yang artinya berbudi luhur. Ornamen garuda menggambarkan matahari yang bersifat kejantanan dan melambangkan kekuasaan dan kepemimpinan. Motif Semen Ageng menggambarkan seorang pemimpin yang bersifat baik, berbudi luhur, adil, tabah dalam menghadapi segala rintangan, mengayomi dan melindungi rakyat serta lingkungan alam sekitarnya.
Batik Motif Makutha Raja
Motif Makutha Raja menggambarkan mahkota raja termasuk di dalamnya pengembangan pola ceplok.
Batik Motif Kothak Nitik Kasatriyan
Motif ini merupakan pola pengembangan dengan mengisikan ragam hiam nitik pada bidang kotak dengan ragam hias nitik yang berbeda pada tiap kotaknya. Motif kasatriyan mengandung nilai estetis kesatuan, greget atau kesungguhan dalam kerumitan. Di balik keindahan motif ini terkandung pesan dan harapan agar para ksatria nusantara melindungi bumi pertiwi dengan budayanya yang luhur.
Batik Motif Kothak Gringsing Jatayu
Burung Jatayu yang ada dalam epos Ramayana mengilhami terciptanya motif Kothak Gringsing Jatayu. Motif ini melambangkan keperkasaan dan sifat kepahlawanan dalam mempertahankan kebenaran.
Batik Motif Semen Naga Keraton
Naga diimajinasikan sebagai binatang yang mempunyai kekuatan dan kesaktian luar biasa. Batik Motif Semen Naga Keraton melambangkan kekuasaan keraton sebagai simbol yang mengatur negara.
Batik Motif Prabu Anom
Ceploknya merupakan segi delapan bergelombang dari bentuk elips sebagai garis batasnya. Isi bidang ceplok adalah gurda dan variasi parang, nitik, semen. Ukel sebagai isen-isen bentuk elips. Sesuai namanya, motif Prabu Anom biasa dikenakan oleh Putra Mahkota. Seseorang yang mengenakan batik motif Prabu Anom diharapkan dapat melindungi dan memelihara budaya luhur negaranya.
Itulah beberapa motif batik klasik koleksi Keraton Yogyakarta. Goresan cantingnya yang begitu indah ternyata mengandung doa dan harapan kebaikan bagi pemakainya. (Rum) Sumber: Amazing Batik, kamis 11/01/18)