Omah Cangkem Menanamkan Keluhuran Budi

Admin | Rabu, 13 Juni 2018 13:26

Sleman, JOGJA TV| Musik gamelan bagi sebagian orang disebut musik surgawi. Hal ini tidak berlebihan karena gamelan dapat mempertajam kepekaan sosial yaitu saling merasakan, saling melihat dan saling mendengarkan. Nilai-nilai luhur inilah yang melatarbelakangi seorang seniman bernama Pardiman Joyonegara yang kemudian mendirikan Omah Cangkem Mataraman (OCM) sebagai tempat belajar gamelan bagi anak-anak dan remaja.

Berlokasi di Dusun Karangjati, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Omah Cangkem Mataraman (OCM) menjadi ruang belajar olah seni musik gamelan bagi anak-anak dan remaja. Omah Cangkem menyelenggarakan latihan musik bagi anak-anak setiap hari jumat dan minggu pukul 16.00 WIB sampai selesai. Di Omah Cangkem anak-anak dapat memilih jenis kegiatan yang disukai. Ada acapella mataraman dan icipilli mitirimin yakni belajar musik dengan menggunakan mulut, kemudian ada Sragam ABG yakni anak-anak yang belajar musik dengan menggunakan gamelan, lalu ada gamelan emperan gayangan yakni khusus untuk remaja dan dewasa yang berminat mengeksplorasi gamelan. Selain itu, ada musik campur cangkem yaitu musik anak-anak dengan menggunakan alat musik dan mulut. “Produknya serba serbi kem semua. Semua punya ruang bisa bermain dan berbahagia di situ,” kata Owner OCM, Pardiman Joyonegara.

Pardiman Joyonegara sendiri sudah menggeluti dunia seni karawitan sejak tahun 1990an. Waktu itu dirinya belum memiliki alat musik gamelan sehingga harus berkeliling mencari tempat untuk latihan karawitan. Kecintaannya pada seni karawitan membuat Pardiman bermimpi jika suatu saat nanti dirinya mempunyai rumah dan gamelan maka rumah tersebut akan didedikasikan sebagai rumah umum untuk berlatih gamelan dan acapella bagi masyarakat. Mimpi itu pun terwujud. Pada tahun 2008 Pardiman memiliki rumah sendiri dan pada tahun 2010 rumah itu ia jadikan sebagai tempat latihan bermain gamelan dan acapela dengan nama Omah Cangkem Mataraman.

Sebagai sekolah musik informal OCM melatih anak-anak bermain musik gamelan dengan penuh rasa suka cita. Hal ini karena sifat dasar anak adalah bergembira. “Makanya yang ditawarkan di sini bukan sebuah kesulitan tetapi keasikan,” kata Pardiman.

Cahyono Wulandaru, salah satu wali murid yang memasukkan anaknya di OCM merasa senang karena metode belajar yang ditawarkan OCM sangat tepat bagi anak-anak.

Dua orang murid yang belajar di OCM, yakni Lebry dan Gendhis merasa enjoy belajar musik di OCM. Lebry mengaku awal pertama kali masuk OCM belum bisa bermain gamelan sama sekali tetapi dengan metode pembelajaran yang diberikan OCM kini Lebry sudah mahir bermain gamelan. “Senang karena proses belajarnya berbeda dengan yang di sekolah. Pak Pardiman mengajarnya tidak pakai teks tetapi disuruh menirukan dan menghafalkan,” kata Lebry.

Senada dengan Lebry, Gendhis pun mengaku senang belajar gamelan di OCM. Bocah berusia 9 tahun ini sudah belajar gamelan selama dua tahun. Saat ini Gendhis sudah bisa bermain saron. Baginya suara gamelan sangat merdu. Untuk itu, Gendhis mengajak teman-teman yang lain untuk masuk dan bergabung di OCM. “Jangan lupa gabung di OCM,” kata Gendhis.

Di OCM anak tidak dipaksa mengikuti keinginan guru tetapi justru gurunya yang belajar pada anak-anak itu. Misalnya dalam belajar musik ada anak yang langsung bisa paham tentang ritme, tempo dan syair. Namun ada pula anak yang daya tangkapnya kurang sehingga kurang memahami itu. Untuk itu, anak yang daya tangkapnya tinggi akan disuruh pegang bonang karena secara teknik memainkan bonang sangat sulit. Sementara anak yang daya tangkapnya kurang disuruh pegang gong supaya bisa fokus. Di situ setiap anak akan diajari bermain musik gamelan yang jumlahnya 15 jenis, seperti saron, bonang, kempul, dan sebagainya. Setelah bisa menguasai semua alat musik gamelan baru ganti materi gending. Dengan metode itu maka anak akan dapat menguasai materi pembelajaran dengan baik.

Saat ini anak-anak yang belajar musik di OCM ada 60 anak tetapi yang aktif hanya sekitar 40 anak. Siapa pun boleh gabung di OCM tanpa dipungut biaya. “Syaratnya satu membayar dengan waktu,” kata Pardiman.

Cangkem merupakan bahasa Jawa kasar yang artinya mulut. Mulut ini berada diantara dua mata, dua telinga, dan dua lubang hidung. Semuanya ada dua tetapi mulut hanya satu. Ini artinya sebelum berbicara hendaknya melihat, mendengar dan merasakan dua kali lebih banyak. Itulah filosofi mulut atau cangkem.

Pada tanggal 09 Juli 2018 Omah Cangkem Mataraman akan menggelar konser di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta. Untuk informasi lebih lanjut dapat dilihat di www.omahcangkem.com. (Rum)Sumber : Bincang Hari Ini, rabu 06/06/2018).

 

Artikel Terkait