Merti Dusun Salakan Untuk Memperkokoh Persatuan Warga

Admin | Kamis, 28 September 2017 18:10

Sleman, JOGJA TV| Masyarakat Jawa lekat dengan symbol untuk mengungkapkan segala sesuatu. Tak terkecuali pula dalam mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa masyarakat Jawa biasa menggunakan symbol. Salah satunya diwujudkan dalam bentuk gunungan yang terbuat dari hasil bumi seperti sayuran, buah-buahan dan palawija. Inilah yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Salakan Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan Bantul. Untuk kali pertama warga Dusun Salakan menggelar upacara Merti Dusun dengan puncak kegiatannya berupa kirab budaya mengarak gunungan hasil bumi.

Sejak pagi hari warga Dusun Salakan bersiap mengikuti upacara merti dusun yang dikemas dalam bentuk kirab budaya. Mereka berkumpul di salah satu rumah warga untuk bersiap memulai jalannya kirab yang menempuh jarak sekitar 1,5 KM menuju halaman rumah Dukuh Salakan. Jalannya kirab sengaja tidak mengelilingi seluruh dusun karena harus menempuh jarak 3 KM dengan medan yang cukup berat. Oleh karena itu, jarak tempuh jalannya kirab diperpendek menjadi 1,5 KM agar tidak melelahkan para peserta kirab. Sebetulnya ini belum keliling dusun karena keliling dusun itu sekitar 3 KM tapi karena medannya begitu berat maka hanya mengambil kurang lebih separo saja, kata Panitia Kirab, Mujono.

Kirab budaya ini didukung oleh warga Dusun Salakan dan warga Dusun Banyu Tumumpang. Sebanyak tiga RT ikut berpartisipasi dalam kirab dan setiap RT diwajibkan untuk mengeluarkan gunungan hasil bumi sebagai symbol kokohnya persatuan dan kesatuan warga. Di samping itu, gunungan juga dimaksudkan sebagai symbol bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga bentuknya mengerucut ke atas yang artinya adalah menuju Sang Pencipta. Meski demikian, hasil bumi yang dikeluarkan masyarakat tidak melulu berbentuk gunungan tetapi juga ada yang diletakkan dalam sebuah jodang. Hasil bumi yang disajikan dalam bentuk gunungan maupun diletakkan dalam jodang pada intinya sama yakni sebagai ungkapan rasa syukur warga atas segala karunia yang diterima dari Tuhan Maha Esa.

Selain menampilkan gunungan, kirab budaya juga menampilkan bergodo prajurit dan atraksi budaya. Event seperti ini tampaknya menjadi hiburan menarik bagi warga. Di sepanjang jalan yang dilalui kirab warga mulai dari anak-anak hingga orang tua tampak berjajar menyaksikan jalannya kirab. Rasa kebersamaan terasa kuat saat digelarnya kegiatan tersebut. Dengan semangat sengkut gumregut makarya mbangun desa warga Dusun Salakan bertekat untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan warga demi membangun desanya. Selama kurang lebih 3 bulan yang dimulai sejak 07 Juli 10 September 2017 warga Dusun Salakan menggelar rangkaian kegiatan merti dusun. Berbagai potensi warga seperti seni, olahraga, hingga kerohanian ditampilkan dalam kegiatan itu dan sebagai puncaknya adalah kirab budaya yang digelar pada minggu, 10 September 2017.

Setelah kirab berakhir warga berkumpul di halaman rumah Dukuh Salakan untuk melakukan serah terima gunungan yang dikemas dalam upacara minangka purnaning kirab pareden dengan dipimpin oleh anggota DPRD Bantul, Bibit Rustamto. Dalam upacara ini masing-masing RT menyerahkan gunungan yang dibawa kepada pihak dusun.

Seusai upacara gunungan kemudian dibagikan kepada warga yang datang. Jika pada umumnya gunungan diperebutkan tetapi tidak demikian dalam Merti Dusun Salakan. Di tempat itu gunungan dibagikan secara merata dan diatur oleh panitia masing-masing bergodo sehingga seluruh masyarakat termasuk petugas bisa menikmatinya. Biar untuk mendidik masyarakat itu (gunungan) tidak direbutkan maka nanti akan diatur oleh panitia bergodo masing-masing, nanti semua masyarakat bisa menikmati termasuk petugas, kata Mujono.

Gunungan yang terbuat dari aneka hasil bumi itu pun juga memiliki arti tersendiri. Aneka rupa hasil bumi yang disusun mengerucut menyerupai gunung adalah lambang bahwa seluruh rakyat memiliki karakter yang berbeda-beda tetapi memiliki tujuan yang sama yakni kesatuan warga. Gunungan itu kan terdiri dari berbagai macam makanan hasil bumi, itu adalah lambang bahwa semua rakyat itu punya karakter yang bermacam-macam tapi satu tujuannya yakni untuk kesatuan masyarakat Dusun Salakan, ungkap Mujono.

Pesta andrawina atau makan bersama menjadi penutup dari seluruh rangkaian kirab budaya. Warga masyarakat Dusun Salakan dan warga Dusun Banyu Tumumpang duduk bersama-sama menikmati sajian makanan hasil bumi dari kedua dusun tersebut. Mereka tampak bergembira dan saling berbagi makanan. Inilah salah satu tujuan digelarnya merti dusun yaitu untuk menjaga kekompakan warga agar mereka bisa hidup rukun, tentram lahir batin.

Kegiatan Merti Dusun Salakan diharapkan tidak hanya berakhir begitu saja namun ada tujuan mulia yang ingin dicapai warga yaitu untuk memperkokon persatuan dan kesatuan warga selama-lamanya. (Rum) Sumber: Adiluhung, selasa 26/09/17).

Artikel Terkait

Jogja Fashion Week 2017 Part# 1

23 September 2017 15:15

Budaya Kuliner Nusantara 2017

15 September 2017 14:59