Yogyakarta, www.jogjatv.tv Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat, Senin (5/12) malam menggelar upacara Miyos Gongso atau ritual mengeluarkan dua perangkat gamelan yang diarak langsung dari Kraton menuju halaman Masjid Gede Kauman. Upacara miyos gongso ini menjadi pertanda telah dimulainya Perayaan Sekaten yang digelar di Alun-Alun Utara Yogyakarta.
Prosesi Miyos Gongso, yakni dikeluarkannya dua perangkat gamelan pusaka Kraton Yogyakarta, Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo menuju pagongan Masjid Gede Kauman adalah tradisi yang ditunggu masyarakat. Sebelum prosesi Miyos Gongso dimulai, ada sebuah tradisi yang selalu menarik perhatian masyarakat, yakni nyebar udhik-udhik atau menyebar uang receh di Bangsal Ponconiti.
Arak-arakan Miyos Gongso dimulai tepat pukul 11 malam dengan iringan pasukan, serta para abdi dalem Kraton Yogyakarta. Kedua perangkat gamelan pusaka tersebut kemudian diletakkan di tempatnya masing-masing. Gamelan Kyai Guntur Madu diletakkan di bagian selatan halaman Masjid Gede sementara Gamelan Kyai Nogowilogo diletakkan di bagian utara. Gamelan ini akan ditabuh selama satu minggu hingga pelaksanaan Maulud Nabi Muhammad SAW.
Upacara Miyos Gongso yang digelar setahun sekali ini dihadiri ribuan masyarakat yang datang dari Yogyakarta dan sekitarnya. Upacara Miyos Gongso sekaligus menjadi penanda dimulainya kegiatan Sekaten di Alun-Alun Utara Kraton Yogyakarta.
Kraton Surakarta Keluarkan Dua Gamelan
Solo, www.jogjatv.tv Tradisi serupa juga dilaksanakan Kraton Surakarta sebagai rangkaian peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW. Dalam Miyos Gongso Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini, pihak Kraton mengeluarkan gamelan pusaka Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari dari tempat penyimpanannya menuju ke halaman Masjid Agung yang berjarak sekitar 500 meter .
Kedua gamelan ini juga akan ditabuh selama sepekan menjelang tradisi Grebeg Maulud. Sementara, makna dan pesan dalam tabuh gamelan adalah mengingatkan manusia agar memiliki rasa tanggung jawab dan pembersihan diri. Hal ini sesuai dengan gendhing khusus yang ditabuh, yaitu gending rambu dan gending rangkung yang memiliki makna doa dan penyucian diri. ( Fauzan Ahmad / Heru Kristiyanto )