Yogyakarta, www.jogjatv.tv Kota Yogyakarta kini memasuki fase darurat sampah karena sulitnya pengembangan pengelolaan sampah di TPA Piyungan. Peneliti sampah dari Fakultas Kesehatan Masyarakat dari salah satu universitas swasta di Yogyakarta, Surahma Asti Mulasari menyatakan sulitnya pengembangan pengelolaan sampah di TPA Piyungan ini, di sebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya volume sampah di TPA Piyungan yang perharinya bisa mencapai 500 ton . Meski terbilang tidak sedikit , namun sampah tersebut, belum mampu memenuhi kebutuhan untuk bahan baku sumber alternatif energi listrik atau dikembangkan untuk pemanfaatan dalam bentuk lain. Kondisi ini lantas membuat TPA Piyungan pengelolaannya masih terbatas pada sistem pengomposan, yang pastinya akan mengalami persoalan terkait terbatasnya tempat. Pengurangan sampah yang dilakukan pemerintah daerah dengan menggalakan bank sampah dinilai sangat beresiko lantaran masyarakt tidak memahami secara benar cara penanganan sampah dan cenderung kurang mengindahkan penggunaan alat pelindung diri seperti penggunaan masker, sarung tangan maupuan sepatu pengaman .
Surahma lebih lanjut mendesak agar persoalan pengelolaan sampah menjadi perhatian pemerintah daerah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Surahma, bank sampah di sejumlah titik di kawasan Jetis Tegalrejo Kota Yogyakarta kondisinya sangat memperihatinkan. Selain membuat lingkungan sekitar kotor, masyarakat pengguna bank sampah tidak menggunakan alat pelindung diri sehingga rentan terkena penyakit akibat kontaminasi sampah. ( Hari Atmaja )