Gerakan Literasi 15 Menit

Admin | Sabtu, 05 Agustus 2017 13:17

Sleman, JOGJA TV| Era globalisasi telah menyebabkan perubahan di berbagai bidang. salah satunya menyebabkan kurang populernya penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang sesungguhnya merupakan jati diri bangsa. Saat ini kebanyakan anak muda lebih sering menggunakan bahasa campuran antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris supaya terdengar lebih keren. Akibatnya bahasa Indonesia dan bahasa daerah semakin terpinggirkan. Berangkat dari masalah ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI menginisiasi Gerakan Literasi 15 menit yang wajib diterapkan di setiap sekolah. Di daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Gerakan literasi dilaksanakan dengan menggandeng para Duta Bahasa DIY 2017.

Duta Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi garda depan dalam upaya mempopulerkan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa daerah di kalangan generasi muda. Menurut Duta Bahasa DIY 2017, Atik Fauziah, Duta bahasa memiliki tiga tujuan yang hendak dicapai, yaitu mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menekankan penguasaan bahasa asing. Ketiga hal ini penting untuk dikuasai oleh generasi muda Indonesia agar tidak kehilangan identitas sebagai bangsa Indonesia.

Kondisi yang terjadi saat ini banyak anak muda yang lebih suka mencampur bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam berkomunikasi sehari-hari. Kosa kata bahasa inggris yang biasa digunakan misalnya selfi, online, download, upload, social media dan lain-lain. sebenarnya bahasa Indonesia sendiri telah memiliki padanan kata yang tepat untuk kosa kata asing tersebut, yaitu selfi=swafoto, online=daring, download= unduh dan upload= unggah, social media= media sosial. Melihat kondisi ini para Duta Bahasa DIY tergerak untuk mengajak anak muda kembali menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar melalui sebuah gerakan bernama Gerakan Literasi 15 menit.

Gerakan literasi 15 menit yang dilakukan oleh para duta bahasa DIY sengaja dilakukan di SLB dengan maksud untuk menunjukkan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus saja bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sehingga sudah semestinya orang dengan kondisi normal akan lebih menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Demikian dituturkan oleh Duta Bahasa DIY 2017, Chintya Zuha.

Duta Bahasa DIY 2017, Muzakir Haitami menjelaskan Gerakan literasi 15 menit dibagi menjadi tiga. Pada Lima menit pertama anak-anak diberikan kesempatan untuk membaca cerita. Selanjutnya , pada lima menit kedua anak-anak diberikan kesempatan untuk meringkas cerita yang telah dibaca. Berikutnya pada lima menit terakhir mereka harus berbicara untuk menceritakan kembali tentang apa yang sudah dibaca dan diringkas tadi.

Gerakan Literasi 15 menit dilaksanakan sejak tanggal 24 juli 2017 dan berakhir pada tanggal 04 Agustus 2017 sebagai puncaknya. Puncak acara digelar di SLB 2 Yogyakarta dan diramaikan dengan beberapa kegiatan seperti membaca puisi, macapatan, menari, menyanyi dan sebagainya dengan melibatkan anak-anak berkebutuhan khusus.

Melalui Gerakan Literasi 15 menit diharapkan akan dapat memacu anak-anak untuk lebih giat membaca. Untuk menumbuhkan minat baca tidak hanya menjadi tugas tenaga pendidik di sekolah namun para orang tua di rumah juga harus bertanggungjawab membiasakan anaknya agar gemar membaca. (Rum) Sumber: Bincang Hari Ini, kamis 03/08/17)

Artikel Terkait